google.com
Guratan asa itu
kini kian terang. Loncatannya membuncah karena girang. Teringat betapa berat
laju pembuktian perjuangan. Kini ku terduduk dalam sebuah gerbong kereta khusus
wanita. Yang harapannya kan menemaniku menjemput asa itu. Asa yang tlah lama
terpendam namun tak pernah mati. Dengan asa itulah ku merasa hidup. Hidup dalam
alam pikiran dan angan yang membawaku serasa terbang menembus batas logika yang
kadang tak dipercaya oleh terbatasnya daya pikir manusia.
Perlahan gerakan
gerbong yang serasa sedikit mengguncang di awal pemberangkatan. Namun, kini
kurasai stabil dan nyamannya perjalanan. Dan memang seperti itulah dawai
kehidupan memperjalankan setiap manusia. Dari getaran-getaran itulah tercipta
alunan merdu kehidupan yang indah. Kali pertama kita memutuskan sesuatu sungguh
terasa berat di pijakan pertama.
Ketakutan, kebimbangan, pergolakan batin bahkan mungkin pertentangan
senantiasa mengiringi getaran di kali pertama. Namun seperti halnya kereta dan
dawai gitar tadi, maka setelah goncangan dan getaran itu akan dirasakanlah
sebuah kenyamanan terutama kepuasan hati. Kepuasan akan perjuangan melawan
ketakutan pada pikiran, kebimbangan hati, pergolakan batin atau mungkin
pertentangan atas keputusan yang diambil.
Laju perjalanan
yang nyaman itu bukanlah tidak diwarnai dengan riak-riak kesulitan, justru
harus diwarnai agar lebih terlihat dan terasa indah. Kesulitan itu layaknya
bumbu penyedap pada masakan. Bumbu tersebut menjadikan rasa hidup semakin lezat
dan enak. Bayangkan jika sebuah masakan tanpa bumbu sedikitpun pasti akan
terasa hambar. Begitu pula perjalanan
hidup, ia akan terasa hambar jika tidak ada bumbu-bumbu berupa kesulitan,
kegagalan, kesuksesan, kemenangan, derai tangis dan canda tawa. Kita wajib
meyakini bahwa semua itu telah diatur oleh Sang Pencipta. Dan tak ayal,
tujuannya pun untuk kebaikan kita semua.
Perjalanan hidup
tak mengenal siaran tunda. Ia senantiasa berjalan, berputar, menari-nari
menghiasi hari-hari yang dilewati. Namun, ada kalanya perjalanan itu diselingi
dengan pemberhentian sementara. Berhenti sejenak istilahnya. Mengapa harus
berhenti? Perhentian itu bertujuan untuk mengisi kembali baterai dalam diri,
mengevaluasi perjalanan yang telah terlewati atau sekedar menikmati
serpihan-serpihan kecil yang mewarnai.
Dan yang paling penting adalah untuk membenahi rangkaian-rangkaian mimpi
untuk bisa menjadi lebih baik. Muhasabah diri mungkin itulah yang memang harus
dilakukan oleh setiap kita yang merasa hidup di dunia. Karena merupakan sebuah
kepastian bahwa dalam perjalanannya, hidup ini penuh dengan warna yang kadang
ada yang harus dihapus, diperbaiki atau dihias kembali agar menjadi lebih
indah.
Allah Yang Maha
Baik telah menyediakan waktu yang sangat luas bagi kita manusia untuk
bermuhasabah/merenung. Dalam satu hari saja ada 5 kali waktu yang disediakan
Allah untuk kita. Kapan waktu tersebut? Yaitu saat sholat wajib. Belum lagi
jika ditambah dengan shalat-shalat sunnah yang lain. Sudah berapa waktu yang
Allah berikan kepada kita? Tak terhitung lagi.
Dalam shalat tersebut ada waktu ketika kita mengadu kepada Allah atas
segala persoalan hidup. Ada waktu ketika kita memohon kepada Allah untuk
mengabulkan apa yang kita inginkan. Namun pertanyaannya, apakah kita mau
memanfaatkan waktu yang disediakan oleh Allah tersebut atau tidak?
Sungguh akan
terasa merugi jika kita hanya mengisi ruang-ruang perjalanan hidup ini dengan
sesuatu yang hambar. Ciptakan selalu tantangan agar otak senantiasa aktif
bekerja, hati senantiasa terasah tuk merasa yang nantinya kan terlahir
memoar-memoar indah catatan perjalanan hidup kita. Hal tersebut membuktikan
bahwa kita pernah hidup dan merasai kehidupan. Rangkaian kemanfaatan yang kita
hembuskan meski hanya lewat sebuah keteladanan merupakan prasasti yang kelak
bisa mengantarkan kita pada kehidupan yang lebih bermakna di hadapan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar