Seorang ibu yang belajar dan berproses untuk merawat dan menumbuhkan fitrah keluarga

Rabu, 28 April 2021

Ramadhan Day-13: Kurikulum "Gemuk"

 


Kurikulum merupakan bagian dari sistem pendidikan yang harus diikuti oleh semua satuan pendidikan. Merupakan hal yang membingungkan ketika kita menilik pada kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah. Setiap hal yang telah ditetapkan pasti mengandung perdebatan yang tiada akhir. Belum lagi pro dan kontra yang senantiasa mengiringi dalam pengusungan sebuah kebijakan. Bergantinya pemimpin berdampak pada pergantian kebijakan pula. Seperti itu terus saja bergulir seiring dengan pergantian tampuk pemerintahan.

Seperti sebuah peribahasa, gajah berkelahi, pelanduk mati di tengah-tengah. Perumpamaan tersebut sekiranya dapar ditarik dalam dunia nyata pendidikan yang menggejala saat ini. Ketika para pembesar pendidikan bersilang-sikut tentang kurikulum yang akan diterapkan, maka guru sebagai ujung tombak diibaratkan seperti pelanduk. Ya, seekor pelanduk yang mati atau dibahasakan dengan mati dalam kebingungan. Betapa tidak, jika pergantian yang dilakukan berdasar hanya pada kepentingan partai yang bersifat sesaat.

Kurikulum tingkat sekolah dasar pun seperti itu. Dunia bermaian yang merupakan ekspresi fitrah dari seorang anak sudah seharusnya diakomodir menjadi sebuah perumusan dalam mengaplikasikan kurikulum di tingkat dasar. Tidak seperti saat ini. Wow, STRESS, mungkin itu kata yang bisa digunakan untuk mengibaratkan. Materi tingkat sekolah dasar yang sangat gemuk dengan konsep dan teori tersebut diharuskan untuk bisa dijejalkan ke dalam otak si anak. Otak si anak yang bahkan sudah terisi dengan pemahaman awal yang merupakan hasil interaksinya dengan alam takambang.

Pensyaratan kemampuan membaca, menulis maupun berhitung pun tidak sesuai dengan fitrah anak yang masih membutuhkan lebih banyak waktu untuk pemenuhan kebutuhan bermainnya. Menurut Prof. Dr. S.C. Utami Munandar (2001:99), bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan karena disenangi dan sering tanpa tujuan tertentu. Bagi anak, bermain merupakan suatu kebutuhan yang perlu agar ia dapat berkembang secara wajar dan utuh, menjadi orang dewasa yang mampu menyesuaikan dan membangun dirinya. Bermain bagian dari perkembangan anak.

Jika guru dibebani dengan gemuknya materi yang harus disampaikan kepada siswa, maka waktu untuk memberi kesempatan siswa untuk bermain pun akan berkurang. Oleh karena itu, guru pun harus cukup kreatif mensikapi kondisi yang memang belum bisa diubah hingga saat ini. guru dituntut untuk bisa mengemas kegiatan pembelajaran dalam bentuk permainan ataupun kegiatan yang menyenangkan. Dengan begitu, anak-anak tidak akan merasa bahwa sebenarnya mereka sedang belajar.


pict: google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar