Seorang ibu yang belajar dan berproses untuk merawat dan menumbuhkan fitrah keluarga

Jumat, 03 September 2021

Tragedi “Teh Pucuk” Tantangan Zona 2 Bunda Sayang


Di hari ketiga ini saya mencoba berganti partner. Kalau sebelumnya saya berpartner dengan anak pertama dan suami, maka di hari ketiga ini saya memilih partner anak kedua. Usianya 2 tahun 10 bulan. Di hari ketiga ini saya tidak merencanakan sebuah aktivitas, tetapi respon emosi tersebut muncul saat anak laki-laki saya bermain. Cerita awalnya si anak ikut mbolang. Nah di perjalanan dia kehausan dan kami lupa membawa air minum. Mampirlah kami di sebuah warung di pinggir jalan. Di warung tersebut, anak saya memilih membeli “teh pucuk”. Lanjutlah kami mbolang sambil lari pagi.

Setelah sampai di rumah, minuman tersebut sudah habis. Saya dan suami sibuk di dapur untuk bebersih. Sekian waktu anak saya kok anteng banget. Saya coba mencari tahu, ternyata dia sedang bermain air menggunakan botol bekas “teh pucuk” tersebut. Botol tersebut diisi air dan dituang di wadah sampai luber kemana-mana. Bisa dibayangkan apa yang ibunya ini rasakan? Selengkapnya di bawah ini ya.











            Itulah cerita emotional check in saya untuk hari ini. Sebenarnya masih sama dengan hari sebelumnya, pemicu dari emosi tersebut adalah rasa khawatir. Khawatir jika anak saya terpeleset air yang ditumpahkan di lantai. Alhamdulillah cukup bisa teratasi dengan pengalihan tempat bermain. Sebenarnya anak-anak itu hanya ingin bermain. Mereka belum bisa berpikir bahwa apa yang dimainkan tersebut mungkin bisa berbahaya. Maka tugas dari orang tuanyalah untuk selalu mendampingi. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar