Perubahan zaman yang terjadi pada abad ke-21 ini
merupakan suatu hal yang tidak bisa dipungkiri apalagi dihindari. Globalisasi
telah mengubah semua segi kehidupan dalam masyarakat. Perubahan tersebut diantaranya
terjadi pada pemanfaatan teknologi. Saat ini, segala hal yang menyangkut
kebutuhan manusia dicukupi dan diselesaikan dengan teknologi. Sebagai contoh
perkembangan teknologi tersebut adalah adanya internet dan televisi yang
memungkinkan penonton menentukan sendiri apa yang akan dipilih. Belum lagi
segala peralatan komunikasi yang semakin canggih memberikan kesempatan untuk
beraktivitas dan bermobilitas dengan sangat mudah. Adanya perkembangan
teknologi tersebut menurut Giddens (2009:1) disebut sebagai sebuah dunia yang
tunggang langgang (runaway world). Hal ini berarti bahwa jarak dan waktu bukan
menjadi sebuah halangan bagi aktivitas yang akan dilakukan.
Gejala akan perubahan tesebut juga berdampak pada
dunia pendidikan yang notabene memiliki hubungan erat dengan perubahan dalam
bidang teknologi maupun ekonomi. Perkembangan dalam bidang ekonomi maupun
teknologi tersebut telah mengubah karakter dari ilmu pengetahuan. Prof. Dr.
Jimmy Assidiqie mengungkapkan bahwa dengan adanya ICT pada saat ini, proses
pembelajaran pada lingkungan sekolah tidak memerlukan guru ataupun dosen
sebagai penyampai ilmu. Ilmu pengetahuan dapat didapatkan dengan mudahnya
melalui fasilitas yang sangat berlimpah di sekitar peserta didik[1].
Paradigma berpikir pembelajaran jaman dulu yang menganggap bahwa peserta didik
sebagai sebuah gelas kosong harus diubah. Ketika pertama duduk di bangku
sekolah, seorang peserta didik merupakan sebuah gelas berisi yang siap untuk
diberikan warna dan rasa oleh para guru.
Pergeseran lain yang terjadi adalah dalam hal skill
yang diasah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengubah seseorang dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Oleh karena itu,
skill/kemampuan yang diasah pun tidak hanya menitikberatkan pada siswa untuk tahu
apa, tetapi lebih kepada siswa bisa melakukan apa dari ilmu yang diketahui.
Bloom (2010: 26) menyampaikan bahwa
terdapat tiga ranah yang dikembangkan dalam proses pembelajaran yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. Dari segi kognitif, pola pembelajaran di Indonesia
sangat menonjol dengan mengantarkan siswanya untuk menghafal semua rumus dan
konsep dari materi pelajaran. Namun, sisi psikomotor yang menitikberatkan pada
praktik yang relevan dengan kehidupan sehari-hari masih sangat kecil porsinya.
Sementara untuk ranah afektif yang menitikberatkan pada pembentukan karakter,
saat ini sedang digaungkan melalui rencana implementasi kurikulum 2013.
Perubahan zaman yang membawa pada pergeseran
pengetahuan dan tuntutan penguasaan skill
/ keterampilan yang lebih kompleks tersebut menuntut dunia pendidikan untuk
senantiasa melakukan perbaikan. Salah satu komponen dari sistem pendidikan yang
urgent untuk dilakukan perubahan dalam rangka mengikuti perkembangan zaman
adalah kurikulum. Perubahan zaman tersebut menuntut dunia pendidikan untuk
senantiasa melakukan inovasi dalam rangka mengimbangi perkembangan yang ada.