Hari
itu kuajak anak-anak bermain di arena prosotan dan ayunan. Semua anak berebut
untuk mencoba mainan tersebut. Sudah ada kesepakatan bahwa setiapyang akan naik
prosotan harus antri terlebih dahulu. Namun, ada satu anak yang melanggar
peraturan yang telah disepakati. Dia menaiki tempat prosotan dengan melawan
arus yang seharusnya. Semua anak protes dan menyalahkan anak tersebut. Kucoba
dekati anak tersebut, “Adek, kenapa kamu naik lewat arah yang berbeda?”, tanyaku
sambil menunjuk tempat dia tadi menaiki prosotan.
“Habisnya, kalau naik lewat sana harus antri, Bu”, jawabnya dengan
santai.
“Oh, begitu ya. Kira-kira apa yang kamu lakukan berbahaya tidak
ya?”, lanjutku.
“ Ya, berbahaya Bu.”
“Apa bahayanya, Nak?”
“Bisa tubrukan dengan temanyang dari atas.”
“Kalau begitu, betul atau salah ya kalau kita naik dengan cara
seperti itu?”
“Salah, Bu.”
“Nah, kalau sesuatu yang salah itu boleh diulangi tidak ya?”
“Tidak, Bu.” Jawab anak tersebut.
Bermain perlu latihan. Sebagaimana pula kelasku. Kulatih mereka
bermain sesuai dengan dunia mereka. Melatih untuk bisa saling menghormati dan
menghargai.. Sebelumnya diberikan beberapa peraturan agar berjalan dengan baik.
Peraturan itu diajukan sendiri oleh anak-anak, bukanlah guru yang menentukan.
Diantara yang mereka usulkan adalah antri, bergantian, tidak menyakiti teman,
membantu dan lain sebagainya. Alhamdulillah, peraturan bisa berjalan dengan
baik.
Nafisah Al Akhfiya'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar