Kegiatan bermain memberi banyak kesempatan kepada
anak untuk mengekspresikan perasaannya secara bebas. Melalui bermain anak dapat
mengekspresikan perasaan senang, takut, khawatir, kecewa, sedih dan sebagainya.
Tak dapat dibayangkan jika dunia anak tanpa bermain sama sekali. Mungkin tak
hanya orang dewasa yang merasakan stress ataupun “galau” karena suatu masalah,
akan tetapi anak-anak pun seperti itu. Apa jadinya jika banyak anak yang merasa
terteka? Padahal selama ini, stress yang dialami orang tua dapat sejenak
terlupa ketika mereka bertemu dengan anak-anaknya. Anak bagai obat mujarab bagi
sedihnya orang dewasa. Banyak pesan disampaikan oleh para penggiat anak tentang
penekanan akan pentingnya waktu bermain bagi anak. Waktu bermain merupakan hal
yang sangat berharga bagi mereka.
Ekspresi rasa dapat tersalur dengan bermain. Dan
mungkin tak hanya berlaku bagi anak-anak saja, akan tetapi orang dewasa pun
pasti merasa “enteng” ketika bisa meluapkan perasaannya dengan bermain. Jenis
permainan anak untuk mengekspresikan perasaan sangatlah beragam. Salah satunya
adalah dengan menggambar atau melukis. Kegiatan melukis, menggambar ataupun
mewarnai sangat dekat dengan anak-anak. Apa yang tergores dari pensil ataupun
pewarnaan dapat mencerminkan kondisi anak tersebut. Bahkan persoalan-persoalan
yang terjadi seringkali diekspresikan melalui menggambar.
Dengan penggunaan alat-alat tulis seperti pensil dan
crayon, anak akan mengembangkan kesenangan, minat dan kemampuan
menggambar/menulisnya meskipun pada awalnya mungkin hanya berupa
coretan-coretan yang seolah-olah tak punya makna apa-apa. Namun, penelitian
Schicke (1990), disajikan dalam buku berjudul Adam’s Righting Revolutions menunjukkan bahwa coretan-coretan yang
dibuat oleh anak itu bisa memiliki makna dan menunnjukkan perkembangan ke arah
kemampuan yang sebenarnya. Maka tak salah kiranya jika orang tua memfasilitasi
anak untuk mengekspresikan perasaannya lewat menggambar.
Nafisah Al Akhfiya’