Perempuan merupakan sosok yang banyak dibicarakan oleh
banyak kalangan. Perempuan menyimpan rahasia yang tak banyak diungkap kecuali
oleh orang-orang yang menghargai seorang perempuan. Perempuan tak bisa disentuh
dengan kekerasan, namun jangan pula memandang bahwa perempuan adalah makhluk
yang lemah.
Saat itu, sebuah sore yang cerah, dikala kuberkendara
dengan sepeda motor kesayanganku. Angin bertiup, menerpa wajah yang kututup
dengan masker. Terasa pedih di mata ketika kubuka kaca helm yang
melindungi muka. Namun kubiarkan, karena jarang kubisa menikmatinya. Jalanan
terasa lengang karena memang tak terlalu banyak kendaraan. Saat kumenikmati
perjalananku, di depanku ada seorang yang bermotor dengan membawa barang bawaan
yang tak wajar. Hal tersebut menggelitik keingintahuanku. Maka kucoba
membuntutinya. Dan akhirnya pun kutemukan jawaban. Betapa takjubku ketika
kumengetahuinya. Sosok tersebut adalah seorang perempuan, berkendara dengan
sepeda motor. Aku menyebutnya Honda Star. Mungkin tak ada yang istimewa. Tapi
menurutku perempuan itu istimewa. Yang membuatnya istimewa adalah apa yang dia
bawa. Jok belakang ada beberapa barang yang kupikir tak wajar dibawa seorang
perempuan yang melewati jalanan menanjak dan menurun seperti yang kulalui saat
ini. Setelah kuhitung, perempuan yang sudah cukup berumur itu membawa 8 karung
yang dia bawa sendirian. 2 karung dia letakkan di depan (foot step) dan sisanya
yang berjumlah 6 karung dia ikat di jok bagian belakang.
Mengapa kumenyebutnya istimewa? Jika kumembayangkan aku
yang membawanya mungkin tak akan sanggup. Tidak hanya itu. Cara beliau
berkendara pun tak main-main. Aku mencoba mengimbangi kecepatannya di jalanan
yang cukup menantang, namun ku tak bisa. Beliau tetap memimpin di depan. Ku
hanya berpikir bahwa apa yang beliau bawa mungkin akan segera dijual yang mana
uangnya akan segera diberikan kepada anak-anaknya yang menunggu di rumah.
Tak berhenti di situ. Satu pekan berselang setelah
kubertemu perempuan perkasa itu. Aku pun bertemu dengan perempuan perkasa yang
lain. Masih sama seperti jalan yang kulalui pekan lalu. Perempuan ini umurnya
berkisar 50 tahun. Dia menggunakan pakaian ala Jawa tulen, yaitu jarik dan baju
jawa untuk bagian atas. Dan yang membuatnya istimewa adalah dia mengendarai
sepeda yang kusebut sepeda unta yang sangat tinggi dan di bagian belakang dia
membawa dua keranjang berisi barang dagangan berupa sayuran dan semacamnya.
Sore itu aku hanya bisa tafakur betapa
sulitnya melakukan itu semua.
Sungguh betapa indah semua yang ditampakkan padaku. Di
sela-sela aku berpikir tentang perempuan-perempuan perkasa itu di bagian ufuk
sebelah utara seperti arah yang aku tuju aku melihat asma Allah terlukis di
sana. Awan-awan yang merupakan bagian dari ciptaan-Nya bertasbih dengan
melukiskan asma-Nya di permukaan awan tersebut. Dalam hati ku hanya bisa
berkata, adakah alasan bagiku untuk tidak berdzikir kepada-Nya jika awan yang
tak bernyawa saja selalu ingat pada-Nya.
Lamunanku kembali kepada perempuan-perempuan perkasa
tadi. Tak kubayangkan jika mereka adalah seseorang bagian dalam kehidupanku
ataupun diriku sendiri. Akan sanggupkah? Namun, sepertinya pertanyaan itu tak
perlu karena sebenarnya apa yang mereka lakukan itu berawal dari kondisi yang
memang melingkupi mereka. Keadaan lah yang memaksa mereka menjadi seperti itu.
Tak ada kata terpaksa untuk mereka, karena kupikir mereka menikmati dalam
menjalani itu semua.
Betapa selama ini kita banyak mengeluh dengan kondisi
yang ada di sekitar kita. Mengeluh tentang pekerjaan yang kita geluti. Merasa
berat untuk berbuat yang terbaik. Mengumpat jika pekerjaan tak sesuai dengan
keinginan. Dan segala hal yang tak jauh beda. Tak merasa malukah jika kita
melihat pada perempuan-perempuan perkasa tadi. Di sela umur yang kian menua,
tenaga yang kian berkurang namun mereka tetap tegar dan pasrah dalam
menjalaninya. Dalam hati mereka hanya bisa berharap bahwa apa yang mereka
kerjakan hari ini membuahkan hasil dan bisa dipakai untuk menghidupi
keluarganya. Sangat jauh dengan kita, ketika mendapat sedikit nikmat maka
pikiran kita sudah berjalan-jalan ke mall, toko baju, toko sepatu, tempat
rekreasi dan keinginan-keinginan yang lain yang terkadang bukanlah prioritas
dalam kehidupan kita. Benarlah jika dikatakan jika manusia itu panjang
angan-angannya. Keinginan mereka terlalu banyak yang kadang tak mereka sesuaikan
dengan prioritas maupun kebutuhan yang mendasar.
Tak salah jika seharusnya kita belajar dari perempuan - perempuan
itu, agar kita lebih bisa bersyukur atas apa yang ada dalam diri kita saat ini.
Betapa kuiri pada mereka, kekuatan yang muncul dari dalam diri mereka adalah
kekuatan ikhlas. Perempuan, siapapun dirimu kuingin menjadi sepertimu. Kuingin
sekuat dirimu. Kuingin se-IKHLAS dirimu.
pict: google