Seorang ibu yang belajar dan berproses untuk merawat dan menumbuhkan fitrah keluarga

Jumat, 12 Maret 2021

Menentukan Arah Mata Angin

00.24 0 Comments

 


Penjelajahan berlanjut dengan membentangkan layar dan menentukan arah mata angin agar bisa selamat sampai tujuan.  Dalam menentukan arah mata angin ini para penjelajah memerlukan  ilmu agar tidak tersesat. Salah satu ilmu yang sangat penting adalah memahami  tentang Core Values. Apa itu core values? Dalam penjelasan yang disampaikan oleh sahabat widya iswara Endang Prasdianti disebutkan bahwa core values adalah nilai yang harus dipegang teguh oleh para Ipers agar selalu menjadi pembelajar mandiri yang haus akan ilmu. Seorang wanita haruslah senantiasa belajar, berkembang, berkarya, berbagi dan berdampak.

Mengapa wanita harus senantiasa belajar? Agar dia dapat mengikuti arus perkembangan zaman sehingga bisa mensikapi dengan bijak. Tidak berhenti pada belajar saja, seorang wanita haruslah berkembang. Mengembangkan ilmu sesuai dengan passion atau bakat sehingga nantinya bisa menghasilkan karya indah. Karya tersebut tak hanya berhenti untuk diri pribadi saja, akan tetapi haruslah dibagikan sehingga memberikan manfaat yang lebih luas. Manfaat tersebut yang akan memberikan dampak berupa perubahan dalam diri pribadi dan masyarakat luas.

Core values ini harus selalu menjadi pedoman dalam setiap langkah. Tujuannya agar langkah kecil kita tak hanya bertujuan untuk sesuatu yang sempit, tetapi harus memberikan manfaat secara luas. Selain itu, dengan core values ini pula kita akan lebih siap dengan tantangan dan hambatan yang muncul dalam mewujudkan mimpi-mimpi besar.

Dalam menjalankan core values ini, maka peran yang akan saya ambil diantaranya:

1.       Seandainya saya menjadi seoraang ibu pembelajar, maka hal pertama dan utama yang ingin saya pelajari adalah ilmu yang kaitannya dengan home education. Mengapa seperti itu? Kalau kita melihat kondisi saat ini, maka pendidikan keluarga di sekitar kita sangatlah lemah. Sebagian besar orang tua berpandangan untuk bisa memiliki banyak uang sehingga bisa menyekolahkan anak di tempat favorit. Sekolah menjadi tempat untuk menempa semua aspek dalam proses pendidikan anak. Sementara itu, tidak semua orang tua yang mau terlibat dalam proses tersebut. Hal inilah yang nenjadikan semakin melonjaknya krisis adab dan krisis moral. Karena tanggungjawab pendidikan adab/moral adalah keluarga. Oleh karena itu, saya sangat ingin mendalami ilmu tentang pendidikan keluarga agar bisa mengajak keluarga lain untuk “kembali” pada fitrah kekeluargaannya.

2.       Seandainya saya menjadi petani rumahan, maka saya ingin menerapkan pola pertanian dengan sistem permakultur. Di tengah menjamurnya pertanian sistem modern dengan berbagai bantuan bahan kimia, maka sistem pertanian dengan pola permakultur memang sangatlah asing. Apalagi sistem permakultur ini hasilnya pun tidak sebesar ketika bertani cara modern. Namun, saya ingin berusaha menuju pada pola tersebut karena berbagai alasan.

a.       Sistem permakultur sangat ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia berbahaya. Semua prosesnya betul-betul mengandalkan alam yang bekerja secara alami.

b.      Hasil dari sistem pertanian ini pun lebih terjaga karena tanpa semprot dan pupuk kimia. Kalau istilah saat ini “organic”. Bagaimanapun juga, sesuatu yang alami lebih baik karena tidak meninggakan residu yang dapat membahayakan tubuh.

c.       Dalam proses pertanian permakultur ini semakin mendekatkan kita pada Maha Besarnya Allah SWT yang telah mengatur segala sesuatu dengan begitu sempurna.

Maka dari itu, seandainya saya menjadi petani rumahan maka saya ingin merubah pola pikir masyarakat tentang sistem pertanian ramah alam dan juga “hijrah” untuk memilih makanan yang “baik”. Baik di sini berarti makanan yang tanpa banyak proses pengolahan dan tanpa banyak bahan tambahan.

 

Semoga Allah SWT memudahlan langkah kecil ini untuk bisa menjadi seribu hentakan yang memberikan dampak besar bagi sesama

 

#Misi4

#penjelajahsamuderaamarta

#matrikulasi9

#InstitutIbuProfesional

#semestakaryauntukindonesia

#institutibuprofesionalforIndonesia.

 

Sumber gambar: kompas.id

Jumat, 05 Maret 2021

Bentang Layar Penjelajahan Samudera Amarta

06.00 0 Comments


 

Pekan ini adalah saat dimana para penjelajah memasuki zona baru yaitu bentang layar. Di zona ini para penjelajah diajak untuk merefleksikan diri terkait peran kehidupan yang selama ini dijalani. Mungkin hal ini merupakan sesuatu yang biasa, sekedar bercerita tentang aktivitas keseharian saja. Akan tetapi penelusuran terkait aktivitas keseharian inilah yang akan membantu untuk mengungkap dan mengarahkan langkah kehidupa yang  lebih baik.

 

1.    Peran Diri sebagai Individu, Istri dan Ibu

Langkah yang pertama adalah mencoba melihat peran keseharian seorang wanita sebagai individu, istri dan juga ibu. Mengapa peran ini sangat penting untuk dikupas? Tujuannya adalah untuk mengetahui posisi diri sehingga dapat memetakan peran yang akan dimaksimalkan. Jangan sampai ada salah satu peran yang timpang yang akan berpengaruh pada pelaksanaan peran kehidupan.

Dalam aspek fitrah sebagai seorang individu, wanita merupakan makhluk yang tidak bisa dilepaskan dari lingkunga sosialnya. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan individu seseorang berkaitan dengan aktualisasi diri dalam kancah sosial. Keterhubungan dalam aspek sosial ini sangat beragam tujuan dan bentuknya. Sebagai contoh adalah aktivitas yang berkaitan dengan proses belajar (kuliah, kursus, pengajian) , bekerja (pegawai, pebisnis), dan aktivitas sosial (arisan, paguyuban, komunitas, dll). Terkait dengan peran individu ibi, maka peran yang saat ini saya jalani adalah:

Peran sebagai individu

Bidang

Kegiatan

Belajar

1.Mengikuti perkuliahan di ibu professional

2.Mengikuti kajian pekanan dan bulanan di komunitas setempat

3.Mengikuti komunitas “Fitrah World Movement”

4.Mengikuti berbagai “short course” online terkait berbagai bidang ilmu

 

Aktivitas Sosial

1.Bersama suami menjadi salah satu Pembina anak yatim di lingkungan setempat

2.Bersama suami merintis Rumah Quran

 

 

Dalam menjalani peran sebagai individu tersebut, saya merasa senang dan nyaman serta bersemangat dalam menjalani peran tersebut.

 

Aspek selanjutnya adalah peran wanita sebagai seorang istri. Menjadi seorang istri merupakan fitrah yang tersemat dalam diri wanita. Maka, mau tidak mau peran ini merupakan kewajiban yang harus dipenuhi dan dilaksanakan. Peran sebagai seorang istri ini terkait wanita sebagau partner hidup suami, sebagai penasihat suami dan pendorong suami. Peran sebagai seorang istri tak bisa dilepaskan dengan peran sebagai seorang ibu. Dalam perannya di hadapan anak, maka seorang ibu hendaklah menjadi madrasah pertama dan utama bagi anak-anak. Ibu juga yang menyediakan segala kebutuhan fisik keluarga. Adapun peran yang yang saya jalani terkait aktivitas sebagai istri dan ibu diantaranya adalah sebagai berikut.

 

Peran sebagai istri dan ibu

Aktivitas pagi

Aktivitas siang

Aktivitas sore/malam

1.    Menyelesaikan targetan pribadi (tilawah, dzikir)

2.    Membaca buku/artikel

3.    Menyiapkan agenda kegiatan anak

4.    Merapikan rumah

5.    Memyiapkan sarapan

6.    Menyiapkan pakaian kerja suami

7.    Menemani anak pre bath activity (cerita, bermain, percobaan science)

8.    Memandikan anak

9.    Berkegiatan bersama anak (bersepeda, berkebun, bercerita, bernyanyi)

1.  Menyiapkan makan siang

2.  Merapikan rumah

3.  Membaca artikel dari grup ataupun membaca buku

4.  Berkegiatan bersama anak (di dalam rumah seperti bermain peran, membaca buku, dll)

5.  Mememani hingga anak tidur siang

1.    Memandikan anak

2.    Berkebun (me time)

3.    Menyambut suami pulang

4.    We time bersama keluarga (makan, dzikir bersama, dll) hingga anak tidur

5.    Membaca artikel/buku

 

Dalam aktivitas yang tertulis tersebut terdapat beberapa aktivitas yang memang tidak dituliskan seperti mencuci, menyetrika, melipat baju, dll. Aktivitas tersebut biasanya saya lakukan ketika weekend atapun malam/pagi saat anak tidur. Dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan, hal yang saya sukai adalah ketika menemani kegiatan anak-anak (bermain, bercerita, bernyanyi bersama, melakukan percobaan science). Bersepeda bersama anak adalah kegiata yang saya lakukan setiap hari. Selain saya suka, anak-anak pun bahagia. Aktivitas lain yang sangat saya suaki adalah berkebun. Dengan berkebun, saya seolah sejenak lepas dari rutinitas harian yang taka da habisnya. Maka, berkebun ini hampir tiap hari saya lakukan.

 

2.    Proyeksi 5 tahin ke depan

Dalam perjalanan kehidupan setiap orang pasti mempunyai mimpi. Mimpi-mimpi itulah yang akan mendorong untuk selalu bergerak dan berproses. Akan menjadi apakah diri ini 5 tahun ke depan? Diantara mimpi yang ingi saya capai dalam 5 tahun ke depan diantaranya:

a.    Menjadi keluarga pembelajar

Istilah keluarga pembelajar ini memang sangatlah luas. Pada intinya saya mempunyai mimpi untuk bisa menjadi ibu yang senantiasa belajar/mencari ilmu sehingga kebiasaan tersebut akan menular kepada suami dan juga anak-anak. Tidak berhenti pada batasan keluarga inti saja, akan tetapi saya juga berharap kebiasaaan belajar ini bisa kami tularkan kepada masyarakat luas. Maka peran yang saya ambil adalah menjadi ibu pembelajar mandiri.

b.    Memiliki kebun sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga

Keinginan ini muncul setelah saya belajar bersama dalam forum Fitrah World Movement. Dalam forum tersebut sangat banyak insight baru terkait dalam penyikapan terhadap kehidupan saat ini. Salah satu yang menjadi titik tekan adalah pada bidang makan. Say mempunyai mmpi untuk  “hijrah” dalam bidang makanan. Yang sebelumnya segala kebutuhan diperoleh dari luar dan instant, kami ingin mewujudkan slogan “tanam yang kau makan dan makan yang kau tanam”. Maka peran saya yang saya ambil adalah menjadi seorng petani rumahan yang ramah alam. Kami juga berharap untuk bisa menularkan pemahaman dan langkah kami pada masyarakat luas.

 

3.    Ilmu dan Keterampilan yang dibutuhkan

Untuk mewujudkan semua mimpi itu maka dibutuhkan ilmu dan keterampilan yang memadai. Untuk mendukung semua itu, maka saya butuh belajar mengenai hal-hal yang terkait diantaranya:

Mimpi

Ilmu dan keterampilan yang dibutuhkan

Keluarga Mandiri belajar

1.Ilmu homeschooling

2.Ilmu perkembangan anak sesuai fitrah

3.Ilmu mempersiapkan akil baligh

4.Ilmu bisnis bagi pemuda

5.Ilmu tentang bakat anak

6.Keterampilan membuat perangkat pembelajaran mandiri

7.Keterampilan membuat portofolio anak dalam berbagai aspek

8.Keterampilan dalam membuat assessment pribadi bagi anak

9.Keterampilan dalam permberdayaan komunitas belajar

Kebun keluarga

1.Ilmu tentang permakultur

2.Ilmu tentang kebun sayur keluarga

3.Ilmu dalam membuat kompos rumah tangga

4.Imu dalam membuat pupuk alami

5.Ilmu dalam bidang peternakan skala rumah tangga

6.Ilmu tentang makanan yang menyehatkan tubuh

7.Keterampilan mengolah makanan sehat

 

Semua mimpi pasti berawal dari langkah pertama. Maka harapan dan mimpi ini saya tuliskan agar menjadi pengingat dan penyemangat utuk bisa konsisten dalam proses mewujudkannya. Bismillah….

 

#Misi3

#PenjelajahSamuderaAmarta

#Matrikulasi9

#InstitutIbuProfesional

#IbuProfesionalforIndonesia

#SemestaKaryauntukIndonesia

 

Rabu, 24 Februari 2021

Bekal Dalam Penjelajahan Samudera Amarta

12.04 2 Comments

 

Setiap perjalanan pastilah memmerlukan bekal. Bekal tersebut sangat penting agar perjalanan yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Pada penjelajahan menuju pulau cahaya kali ini kami pun membutuhkan bekal dan persiapan yang serius. Bekal yang sanga penting untuk dipersiapkan diantaranya:

1.    Motivasi/ kesungguhan

Motivasi merupakan hal sangat penting dalam segala aktivitas. Sesuatu yang dilakukan tanpa adanya kesungguhan hanya akan menjadi sebuah rutinitas hampa. Bisa juga dilakukan sebagai pemenuhan tugas/formalitas belaka.  Motivasi yang terbaik adalah ketika berasal dari diri sendiri atau intrinsic motivation. Motivasi diri ini yang akan melahirkan tanggungjawab dalam melaksanakan setiap tugas.

2.    Arah/Tujuan

Setiap perjalanan harus jelas arah/tujuan yang akan dicapai. Tanpa adanya arah maka perjalanan akan terombang-ambing oleh keadaan sekitar. Oleh karena itu saya membutuhkan tujuan yang jelas agar saya mempunyai tanggungjawab dan semangat untuk segera sampai di tujuan tersebut. Pulau cahaya merupakan tujuan penjelajahan ini dan akan berlanjut ke pulau-pulau yang lain.

3.    Bekal

Coba bayangkan jika melakuka perjalanan tanpa membawa bekal? Apa yang akan dilakukan jika merasa lapar atau haus? Begitu pula yang terjadi dalam penjelajahan kali ini. Para penjelajah harus menyiapkan perbekalan dengan serius agar perjalanan berjalan lancar. Diantara perbekalan yang telah diberikan oleh para baruna adalah code of conduct{COC}, merdeka belajar, bahagia belajar dan berpikir kritis.

 

 

#Zona1

#PenjelajahPelabuhanSamuderaAmarta

#Matrikulasi9

#InstitutIbuProfesional

Jumat, 26 Januari 2018

Kunci yang tak Sengaja Ditemukan (part 2)

13.08 0 Comments


Setelah beberapa saat, salah satu guru datang padanya dan berkata, “Nak, coba sini duduk dengan Bu Guru. Lihat Bu Guru sebentar” dengan ogah-ogahan dia mencoba menuruti guru tersebut. “Bu Guru cuma mau bertanya, Islam itu mengajarkan kita kerapian tidak ya?”, anak tersebut mengangguk. “Nah, kalau begitu Bu Guru ingin kamu menunjukkan contoh bahwa Islam mengajarkan kerapian itu seperti apa. Itu saja, oke!” . Sang guru meninggalkan anak itu dan terlihat bahwa dia berpikir. Tak lama setelah itu, dia keluar ruangan, tak tahu apa yang mau dilakukan. Setelah anak tersebut masuk, sang guru melihat keluar dan ternyata sepatu yang tadi ditumpuk sudah berjajar rapi dengan sepatu yang lain.

Subhanallah, bertambah ilmu lagi bagi kami. Pelajarannya adalah bahwa hati anak hanya bisa disentuh dengan hati. Sebuah kayu yang bengkok, jika dipaksa diluruskan maka akan patah. Sejak saat itu, maka sang guru selalu mencoba membicarakan segala sesuatu dengan baik dan memantik anak-anak dengan pemikiran agar mereka terbiasa melakukan atas kesadaran mereka sendiri. 

Selasa, 23 Januari 2018

Kunci yang tak Sengaja Ditemukan (part 1)

08.32 0 Comments


Hari ini waktunya jalan-jalan. Anak-anak akan diajak untuk mengunjungi beberapa tempat yang ada di sekolah, diantaranya ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, ruang PSB, Ruang Komputer dan Ruang AVA. Sangat menyenangkan memang, terutama bagi anak-anak yang berlebih energi. Serasa mereka bisa mengekspresikan sesuatu yang mereka tunggu, yaitu mengeksplorasi alam luar.
Hingga pada suatu ketika tibalah di sebuah ruangan bernama Pusat Sumber Belajar. Pengelola membuat aturan bahwa sepatu diatur dengan rapi di luar ruangan, tentunya berdasar bahwa Islam itu mencintai keindahan. Seorang anak yang memang guratan pendiriannya tegas melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh temannya. Dia meletakkan sepatu secara acak, ditumpuk diantara sepatu yang lain. Langsung saja dia melenggang ke dalam ruang PSB.  Salah satu guru yang sedari tadi mengingatkan segera bergerak untuk menertibkan. Anak tersebut coba untuk dipaksa merapikan sepatu, tapi tak bisa juga. Justru dia memberontak dan bertanya “Kenapa harus ditata rapi?”.  
Setelah beberapa saat, salah satu guru datang padanya dan berkata, “Nak, coba sini duduk dengan Bu Guru. Lihat Bu Guru sebentar” dengan ogah-ogahan dia mencoba menuruti guru tersebut. “Bu Guru cuma mau bertanya, Islam itu mengajarkan kita kerapian tidak ya?”, anak tersebut mengangguk. “Nah, kalau begitu Bu Guru ingin kamu menunjukkan contoh bahwa Islam mengajarkan kerapian itu seperti apa. Itu saja, oke!” . Sang guru meninggalkan anak itu dan terlihat bahwa dia berpikir. Tak lama setelah itu, dia keluar ruangan, tak tahu apa yang mau dilakukan. Setelah anak tersebut masuk, sang guru melihat keluar dan ternyata sepatu yang tadi ditumpuk sudah berjajar rapi dengan sepatu yang lain.
Subhanallah, bertambah ilmu lagi bagi kami. Pelajarannya adalah bahwa hati anak hanya bisa disentuh dengan hati. Sebuah kayu yang bengkok, jika dipaksa diluruskan maka akan patah. Sejak saat itu, maka sang guru selalu mencoba membicarakan segala sesuatu dengan baik dan memantik anak-anak dengan pemikiran agar mereka terbiasa melakukan atas kesadaran mereka sendiri.

Nafisah_azhief

2018

Rabu, 17 Januari 2018

Cerdas Memilih Bahan Ajar

11.19 0 Comments

Bahan ajar bentuknya sangat beragam. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Menurut Dewey, dalam penyusunan bahan ajar hendaknya memperhatikan beberapa syarat. Diantara syarat tersebut adalah:[1]
a.         Bahan ajar hendaknya konkret, dipilih yang betul-betul berguna dan dibutuhkan, dan dipersiapkan secara sistematis dan mendetil.
b.        Pengetahuan yang diperoleh sebagai hasil belajar, hendaknya ditempatkan dalam kedudukan yang berarti, yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru, dan kegiatan yang lebih menyeluruh.
Bahan  pelajaran bagi anak tidak bisa semata-mata diambil dari buku pelajaran, yang diklasifikasikan dalam mata-mata pelajaran terpisah. Mata pelajaran harus berisikan kemungkinan-kemungkinan, harus mendorong anak untuk bergiat dan berbuat. Bahan pelajaran harus memberikan rangsangan pada peserta didik untuk bereksperimen. Dengan demikian, harapannya adalah supaya peserta didik yang aktif, bekerja, dan berkesperimen. Bahan pelajaran tidak diberikan dalam disiplin-disiplin ilmu yang ketat, tatapi merupakan kegiatan yang berkenaan dengan suatu masalah (problem).
Peranan guru bukan hanya berhubungan dengan mata pelajaran, melainkan dia harus menempatkan dirinya dalam seluruh interaksinya dengan kebutuhan, kemampuan, dan kegiatan siswa. Guru juga harus dapat memilih bahan-bahan yang sesuai dengan kebutuhan mayarakat dan lingkungan. Metode mengajar merupakan penyusunan bahan pelajaran yang memungkinkan diterima oleh para siswa dengan lebih efektif. Sesuatu metode tidak pernah terlepas dari bahan  pelajaran, kita dapat membedakan cara berbuat, tetapi cara ini hanya ada sebagai cara berhubungan dengan atau materi tertentu. Metode mengajar harus fleksibel dan menimbulkan inisiatif kepada para siswa. [2]

Januari 2018
Nafisah Azhief



[1] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek..., hal 44
[2] Ibid.

Sabtu, 13 Januari 2018

Bermain Memupuk Kreativitas

11.22 0 Comments


Bermain adalah dunia anak yang sebenarnya. Jenis permainan dan alat permainan pun bermacam-macam. Namun, pernahkah orang tua anak sebagai pemberi mainan tersebut memikirkan tujuan mereka memberikan mainan tersebut selain untuk kesenangan anak. Sebenarnya usia anak-anak terutama di bawah 7 tahun adalah masa-masa emas bagi orang tua untuk membina dan mengembangkan kemampuan anak. Hal ini dapat dilakukan tak hanya dengan pendidikan dalam rangka pengembangan intelektual (IQ), tapi dapat pula digali dari kemampuan anak dalam hal berkreasi /kreativitas. Kreativitas ini tergolong dalam kecerdasan EQ dan SQ.   
Setiap orang memiliki bakat kreatif meskipun masing-masing dalam bidang dan derajat yang berbeda-beda. Bakat kreatif perlu dipupuk dan dikembangkan sejak dini melalui berbagai cara. Prof.Dr. Utami Munandar mengatakan bahwa salah satu caranya adalah dengan memberikan mainan kepada anak. Bermain merupakan bagian dari perkembangan anak. Kehidupan seorang anak bisa dikatakan tidak bisa dilepaskan dari bermain. Bermain sudah merupakan kebutuhan bagi mereka.  
Permainan pun bermacam-macam. Ada permainan yang tidak memerlukan peralatan sama sekali, namun tak sedikit permainan yang memerlukan alat pendukung. Alat permainan tersebut sangat bermanfaan bagi anak untuk melatih kemampuan fisik maupun olah pilkir yang hisa kita sebut sebagai kreativitas. Kreativitas yang berkembang dari pemberian mainan anak tersebut tergantung dari jenis alat permainannya. Jenis kreativitas itu misalnya kemampuan bercerita, berkarakter, mencipta/membangun, berinteraksi dan lain-lain. Jadi, dalam pemberian mainan orang tua seharusnya mempertimbangkan faktor-faktor yang mendukung terhadap perkembangan kreativitas tersebut. Bermula dari alat permainan sederhana, otak anak akan berkembang melebihi ekspetasi yang diharapkan orang tua. Bermain peran, mencipta, menyususn balok atau lego, menggambar adalah beberapa permainan yang dapat memantik kreativitas tersebut.
Oleh karena itu, tak ada kata terlambat untuk memulai. Anak adalah investasi masa depan. Orang tua seharusnya lebih serius memperhatikan kemampuan yang sudah ada sehingga bisa berkembang secara optimal. Bimbingan dari orang tua juga merupakan kunci perkembangan kreativitas tersebut. Orang tua yang kreatif pasti akan melahirkan anak-anak yang kreatif pula.

Nafisah Azhief
2018