Bahan ajar bentuknya
sangat beragam. Bahan ajar atau
materi pembelajaran (instructional
materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang
telah ditentukan. Menurut Dewey, dalam penyusunan bahan
ajar hendaknya memperhatikan beberapa syarat. Diantara syarat tersebut adalah:[1]
a.
Bahan ajar hendaknya konkret,
dipilih yang betul-betul berguna dan dibutuhkan, dan dipersiapkan secara
sistematis dan mendetil.
b.
Pengetahuan yang diperoleh
sebagai hasil belajar, hendaknya ditempatkan dalam kedudukan yang berarti, yang
memungkinkan dilaksanakannya kegiatan baru, dan kegiatan yang lebih menyeluruh.
Bahan pelajaran bagi anak tidak
bisa semata-mata diambil dari buku pelajaran, yang diklasifikasikan dalam
mata-mata pelajaran terpisah. Mata pelajaran harus berisikan
kemungkinan-kemungkinan, harus mendorong anak untuk bergiat dan berbuat. Bahan
pelajaran harus memberikan rangsangan pada peserta didik untuk bereksperimen.
Dengan demikian, harapannya adalah supaya peserta didik yang aktif, bekerja,
dan berkesperimen. Bahan pelajaran tidak diberikan dalam disiplin-disiplin ilmu
yang ketat, tatapi merupakan kegiatan yang berkenaan dengan suatu masalah (problem).
Peranan guru bukan hanya berhubungan dengan mata pelajaran,
melainkan dia harus menempatkan dirinya dalam seluruh interaksinya dengan
kebutuhan, kemampuan, dan kegiatan siswa. Guru juga harus dapat memilih
bahan-bahan yang sesuai dengan kebutuhan mayarakat dan lingkungan. Metode
mengajar merupakan penyusunan bahan pelajaran yang memungkinkan diterima oleh
para siswa dengan lebih efektif. Sesuatu metode tidak pernah terlepas dari
bahan pelajaran, kita dapat
membedakan cara berbuat, tetapi cara ini hanya ada sebagai cara berhubungan
dengan atau materi tertentu. Metode mengajar harus fleksibel dan menimbulkan
inisiatif kepada para siswa. [2]
Januari 2018
Nafisah Azhief
Tidak ada komentar:
Posting Komentar