Seorang ibu yang belajar dan berproses untuk merawat dan menumbuhkan fitrah keluarga

Minggu, 05 September 2021

Memetik Buah Mete Tantangan Zona 2 Bunda Sayang

23.35 0 Comments

 



Di hari ke-5 ini kami kembali beraktivitas di luar. Tempat yang kami kunjungi pun daerah yang memang sepi pengunjung. Karena Gunungkidul itu memang dikelilingi oleh gunung, maka hari ini kami naik gunung (tapi pakai kendaraan) hehehe. Daerah yang kami kunjungi adalah daerah Surodadi yang terletak di atas puncak gunung. Surodadi ini merupakan tempat tinggal saya waktu kecil, namun setelah usia 5 tahun orang tua saya pindah ke daerah yang lebih rendah.

Dalam perjalanan menuju tempat tersebut di kanan kiri pepohonan, jalannya pun menaik terus. Tiba di sebuah tikungan, ada daerah yang memang memiliki view yang bagus. Di situ juga terdapat buah mete yang seang berbuah. Akhirnya kami pun memutuskan untuk berhenti sejenak. Setelah kendaraan mencari tempat di pinggir, semua turun kecuali saya dan anak laki-laki. Waktu itu anak saya yang laki-laki sedang tidur. Anak perempuan saya turun bersama ayah, mbah uti, bulek dan tantenya. Saya merasa terpancing emosi karena tempat pemberhentiannya berada di pinggir jalan dan pas di tikungan. Berikut ceritanya.









Dari situ kelihatan banget ya kalau saya itu orangnya sangat khawatir. Padahal yang melakukan enjoy saja. 



Sabtu, 04 September 2021

Hafalan Bersama Tantangan Zona 2 Bunda Sayang

22.35 0 Comments

 


Tak terasa sudah sampai hari keempat. Di hari ini saya akan mengajak anak perempuan untuk hafalan bersama. Anak perempuan saya belum bisa baca Alquran. Kami memang tidak menggegas untuk segera bisa. Kami lebih menekankan pada "kecintaan" terhadap Al Qur'an terlebih dahulu. Harapannya ketika sudah cinta, maka akan merasa butuh akan Al-Qur'an.

Metode kami memperkenalkan bacaan Al-Qur'an adalah dengan diperdengarkan. Ketika anak bermain, bangun tidur, akan tidur, di perjalanan kami ulang ayat atau surat yang sedang dihafal. Secara tidak sadar, ternyata otak anak tersebut memproses dengan sangat baik. Berikut salah satu cerita saya ketika hafalan bersama anak.









Pengalaman hari ini sangat membahagiakan. Siapapun pasti sangat mendambakan anak-anak yang menjadi tabungan dunia maupun akhirat. 

Jumat, 03 September 2021

Tragedi “Teh Pucuk” Tantangan Zona 2 Bunda Sayang

17.35 0 Comments


Di hari ketiga ini saya mencoba berganti partner. Kalau sebelumnya saya berpartner dengan anak pertama dan suami, maka di hari ketiga ini saya memilih partner anak kedua. Usianya 2 tahun 10 bulan. Di hari ketiga ini saya tidak merencanakan sebuah aktivitas, tetapi respon emosi tersebut muncul saat anak laki-laki saya bermain. Cerita awalnya si anak ikut mbolang. Nah di perjalanan dia kehausan dan kami lupa membawa air minum. Mampirlah kami di sebuah warung di pinggir jalan. Di warung tersebut, anak saya memilih membeli “teh pucuk”. Lanjutlah kami mbolang sambil lari pagi.

Setelah sampai di rumah, minuman tersebut sudah habis. Saya dan suami sibuk di dapur untuk bebersih. Sekian waktu anak saya kok anteng banget. Saya coba mencari tahu, ternyata dia sedang bermain air menggunakan botol bekas “teh pucuk” tersebut. Botol tersebut diisi air dan dituang di wadah sampai luber kemana-mana. Bisa dibayangkan apa yang ibunya ini rasakan? Selengkapnya di bawah ini ya.











            Itulah cerita emotional check in saya untuk hari ini. Sebenarnya masih sama dengan hari sebelumnya, pemicu dari emosi tersebut adalah rasa khawatir. Khawatir jika anak saya terpeleset air yang ditumpahkan di lantai. Alhamdulillah cukup bisa teratasi dengan pengalihan tempat bermain. Sebenarnya anak-anak itu hanya ingin bermain. Mereka belum bisa berpikir bahwa apa yang dimainkan tersebut mungkin bisa berbahaya. Maka tugas dari orang tuanyalah untuk selalu mendampingi. 



Kamis, 02 September 2021

Bersepeda di Jalan Raya, Tantangan Zona 2 Bunda Sayang

14.39 0 Comments

 


Dalam tantangan Bunda Sayang zona 2 ini, saya sekaligus tertantang untuk kembali merancang aktivitas berbasis fitrah yang biasa kami lakukan sebelum pandemi. Setelah adanya pandemi ini memang aktivitas sedikit mengalir tanpa ada rancangan malam sebelumnya. Oleh karena itu, moment ini akan saya gunakan sebagai awalan untuk memulai kembali aktivitas “merawat” dan “menyambut” fitrah anak-anak.

Dalam merancang kegiatan anak, saya menggunakan panduan konsep Fitrah Based Education (Pendidikan Berbasis Fitrah) yang digagas oleh almarhum ustadz Harry Santosa. Inilah rancangan kegiatannya..

Tema: Olahraga

Sub tema: Bersepeda di Jalan Raya

Usia: 6,5 tahun

NO

ASPEK FITRAH

KEGIATAN

1.

Fitrah Iman

1)    Mengucapkan syukur atas nikmat kesehatan.

2)   Mengenalkan betapa baiknya Allah yang memberikan dua tangan dan dua kaki.

3)   Membacakan ayat dan hadits tentang berolahraga

 QS at-Tiin [95] : 4
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” 

 

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah SWT daripada mukmin lemah.”
    (HR Bukhari)

2.

Fitrah Belajar

1)   Belajar sopan santun ketika berkendara di jalan raya

2)   Belajar mematuhi rambu lalu lintas

3.

Fitrah Jasmani

1)   Melatih keseimbangan tubuh saat bersepeda

2)   Melatih konsentrasi

3)   Melatih kekuatan otot saat mengayuh

4.

Fitrah Seksualitas

1)   Menguatkan bonding dengan bersepeda bersama

2)   Membedakan sepeda yang dipakai laki-laki dan perempuan

3)   Membedakan pakaian yang dipakai saat bersepeda antara laki-laki dan perempuan

5.

Fitrah Bahasa

1)   Menceritakan tentang pengalaman bersepeda di jalan raya

2)   Menyempurnakan tutur bahasa

6.

Fitrah Perkembangan

1)   Mendapatkan pengalaman multi indrawi saat bersepeda di jalan raya(pendengaran, pengihatan, peraba, dll)

2)   Melatih menghargai integritas dan pilihan saat bersepeda (misal memilih jalur yang dilalui)

7.

Fitrah Bakat

1)   Mengamati sifat unik anak

2)   Memberi apresiasi dari sikap baiknya ketika bersepeda

8.

Fitrah Individu/Sosialitas

1)   Memberi kesempatan anak bersepeda di jalan raya

2)   Mengajarkan sopan santun ketika bertemu dengan orang lain selama bersepeda

Di hari kedua ini, saya masih mengajak anak perempuan sebagai partner berpetualang menyelami emosi diri. Sebenarnya suami juga berperan sebagai partner karena beliau membantu saya dalam berpetualang dan mendokumentasikan setiap aktivitas. Berikut hasil dari petualangan tersebut.














              Sementara itu, dalam berpartner bersama suami saya pun merasakan pacuan emosi. Mengapa seperti itu? Berikut sedikit ringkasannya...




            Itulah pengalaman saya dan kedua partner saya dalam beraktivitas hari ini. Cukup menegangkan menurut saya karena emosi saya cukup teraduk ketika anak mulai bersepeda di jalan raya yang ramai. Kalau hasil diskusi dengan suami, kami menyimpulkan bahwa emosi tersebut muncul karena saya terlalu khawatir. Saya belum percaya terhadap kemampuan anak ketika bersepeda sehingga khawatir terjadi sesuatu. Alasan itulah yang membuat saya merasa emosi mulai naik terhadap suami dan juga anak. Berbeda dengan suami yang lebih slow karena beliau sudah percaya bahwa anak bisa dan mampu mengendalikan sepeda di jalan raya. Harus belajar dan berlatih terus untuk mengelola emosi....


Rabu, 01 September 2021

Memasak Bersama Tantangan Zona 2 Bunda Sayang

17.24 0 Comments




 

Tantangan di zona 2 ini diawali dengan aktivitas memasak bersama. Apa yang mau dimasak? Sesuatu yang sederhana. Makanan kesukaan anak-anak 😊. Karena kami tinggal di Gunungkidul, maka sudah sangat familiar dengan masakan dengan bahan dasar ketela. Maka dari itu, kali ini kami akan membuat makanan berbahan dasar ketela.

Ada yang sudah pernah mendengar cemplon? Makanan berbahan dasar ketela yang bentuknya bulat. Pasti tahu kan ya. Mungkin di daerah lain beda juga namanya. Hari ini kami akan membuat cemplon ini. Cukup mudah membuatnya. Cukup sediakan parutan ketela, parutan kelapa dan gula Jawa. Setelah dibentuk bulat dan diisi gula Jawa terus digoreng. Bagaimana jadinya kalau saya memasak cemplon ini bareng anak ya? 

Berikut ini adalah ringkasan singkat hasil check in emosi ketika memasak bersama anak. 

Nama: Nur Iswanti Hasani

Partner: Nazhifah Azhwa Nuha

Usia, 5,5 tahun




Dan berikut ini adalah dokumentasi ketia melakukan aktivitas.


Di hari pertama ini masih mersakan biasa. Bagaimana dengan hari esok?