Di pagi yang cerah, ketika sinar matahari berpendar menerobos celah
kaca yang tak tertutup oleh display yang ditempel di sebuah kelas yang berisi
28 anak. Semburat jingga warna sinarnya membawa keceriaan dalam proses
pembelajaran yang ada di kelas tersebut. 28 anak sedang melakukan berbagai
aktivitas yang bervariasi. Sebagian memegang gunting di tangan kanannya,
sementara tangan bagian kiri memegang kertas yang kadang kala jatuh karena
kurang kuat dalam memegang. Sebagian lagi ada yang mewarnai sebuah gambar
dengan crayon yang warnanya menempel tak hanya di atas kertas yang sedang
diwarnai, namun juga pada lantai, baju dan tangan serta wajah-wajah lugu nan
lucu. Ada pula beberapa anak yang asyik dengan pojok bermain dengan mainan lego
dan balok yang dirangkai menjadi berbagai karya sesuai dengan imajinasi dalam
benak mereka. Sesekali terdengar cekcok ringan mendebatkan rupa dan bentuk
bangunan kreasi bersama. Semarak suara celoteh yang saling saut dari
sudut-sudut kelas, membuat kegaduhan yang terasa indah.
Sang guru berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain untuk
memeriksa pekerjaan anak-anak. Pada saat guru tersebut mendekati kumpulan anak
perempuan yang sedang heboh mewarnai
gambar dengan crayon di tangan, beberapa anak bertanya.
” Bu, kapan belajarnya?, kok
dari kemarin belum belajar cuma bermain terus.”
Itulah salah satu pertanyaan
yang membuat sang guru sedikit terhenyak. Sang guru pun dengan pelan sambil
duduk lebih dekat menjawab, “Loh, ini kan sedang belajar nak.” “Masak belajar
cuma kayak gini aja bu, kalau belajar itu ya nulis, berhitung, membaca”,
sergahnya. “Iya, kayak aku les itu lho bu. Semua buku dikeluarkan terus
dipelajari.” Tambah anak yang lain. Sang guru pun hanya bisa tersenyum
mendengar celotehan anak-anak tersebut. “Yah, nanti kita mulai belajar ya.
Sekarang diselesaikan dulu pekerjaannya, oke?”. “Oke bu”, jawab mereka
serempak.
Kejadian pada hari itu, mengingatkan sang guru pada proses
pembelajaran yang pernah dialaminya 15
tahun yang lalu ketika di bangku sekolah dulu. Bagaimana sema proses belajar
itu terjadi di atas meja, duduk manis menghadap ke papan tulis, mendengarkan
setiap kata yang diucapkan oleh guru tanpa beranjak sedikitpun, tanpa
mengeluarkan suara sedikitpun selama beerapa jam. Bahkan, ketika ada yang
ngobrol (istilahnya rame), sang guru akan langsung memanggil nama anak
tersebut. Sebuah pembelajaran yang menekankan pada perhatian penuh terhadap
semua yang diberikan oleh guru. Ketika diingat, memang banyak hal yang bisa
didapatkan. Dari metode tersebut, anak cenderung diam, patuh dan menghargai
gurunya. Tak sedikit pula siswa yang berhasil. Tak ada yang salah, sungguh tak
ada yang salah dengan metode tersebut. Bahkan, sangat ingin kiranya mengucapkan
terima kasih sepenuh langit terhadap sosok-sosok pengajar tersebut.
Beliau-beliau lah yang mengantarakan dan menanamkan dasar pengetahuan ke dalam
otak dan hati ini.
Nafisah_azhief
anaqukreatif.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar