Sabtu, 16 Oktober 2021
Jumat, 15 Oktober 2021
Kamis, 14 Oktober 2021
Rabu, 13 Oktober 2021
Kita semua adalah bintang. Sungguh merupakan kalimat yang selalu mengingatkan kita bahwa tidak ada ciptaan Allah yang sia-sia. Semua diciptakan oleh-Nya dengan sangat sempurna. Hanya saja terkadang kita memandang dengan kacamata manusia yang dipenuhi dengan nafsu dunia. Semua ingin tampak sempurna menurut mata kita. Namun tak pernah menghiraukan apa yang diselipkan dalam setiap firman-Nya. Akhirnya kita manusia terkubur dalam lautan nista. Memandang bahwa semua tak berjalan sempurna. Semua sia-sia adanya. Padahal itu semua adalah pandangan yang ditutupi nafsu dunia.
Pernahkah kita mencoba memperbaiki cara pandang terhadap suatu hal. Jika sesuatu terlihat buruk di mata kita, bisa jadi kaca mata yang selama ini kita pakai tak pernah dibersihkan. Sehingga semua yang ada di hadapan tampak buruk adanya. Dan tahukah kacamata itu apa? Kacamata itu adalah hati kita. Hati adalah tempat dimana kita menakar sesuatu itu baik atau buruk. Jika kita rajin membersihkan, maka apapun yang dilihat, didengar maupun dirasa akan terasa lebih nyaman. Karena dengan bersihnya hati, logika akan lebih bijak dalam bersikap. Siapkah hati ini memulai perjalanan itu?
Perjalanan yang cukup panjang dalam menemukan bintang ini berawal dari mengurai profil "sang bintang". Siapakah bintang dalam hati ibu?
Jujur saya katakan bahwa ketika menuliskan setiap kalimat tersebut, saya seperti dibawa kembali mengingat setiap momen bersama mbak Azhwa. Saat pertama dia lahir ke dunia, saat berceloteh riang tanpa henti, saat bermain dan bercanda bersama bahkan ada kalanya saat ibu tak bisa menahan diri untuk memarahinya. Sungguh campur aduk terasa. dan tak sadar hingga air mata pun menetes. Apalagi ketika menuliskan kalimat yang sering dia ulang setiap hari, "Aku ingin masuk surga bersama ibu." Sungguh diri ini terkadang merasa jauh dari sempuna karena masih sering khilaf dan belum bersungguh-sungguh mendidiknya. Tangis pun pecah karena mengingat betapa ikhlas lisan kecil itu berucap, "Aku ingin masuk surga bersama ibu." Ya Allah berilah hamba kekuatan dan kemudahan dalam merawat fitrahnya dan mengantarkannya menuju peran peradaban sebagai khalifah di bumimu ini.
Semua itu berawal dari proses penemuan bintang...
#harike-1
#tantanganzona4
#kitasemuaadalahbintang
#tantangan12harikalender
#bundasayangbatch7
#insititutibuprofesional
#semestakaryauntukIndonesia
Rabu, 06 Oktober 2021
Memahami merupakan sebuah seni berkomunikasi yang perlu senantiasa dilatih. Latihan tersebut tentu saja membutuhkan ilmu agar dapat terkontrol dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam komunikasi tujuan utamanya tentu saja saling mengerti dan memahami maksud dari apa yang disampaikan.
Dalam rangka uograde ilmu tentang komunikasi tersebut, tantangan di zona 3 sangatlah memberikan banyak pengalaman penting. Berbagai pengalaman tersebut akhirnya menjadi pijakan dalam sikap selanjutnya. Selain itu cara berkomunikasi pun ternyata berbeda antara satu partner dan yang lain. Tak bisa disamakan. Belum lagi ketika memilih waktu untuk berkomunikasi, hal ini juga butuh pertimbangan.
Komunikasi produktif yang diterapkan selama tantangan ini memberikan kami banyak pembelajaran. Semoga semakin bisa mengasah ilmu berkomunikasi sehingga lebih nyaman dalam bereaksi dan bersikap.
#refleksipetualangan
#tantanganzona3
#refleksizonapohonkelapa
#komunikasiproduktif
#bundasayangbatch7
#institutibuprofesional
#semestakaryauntukIndonesia
Minggu, 03 Oktober 2021
Hari ini saya kembali melakukan self morning talk. Kenapa saya melakukan lagi? Karena selama mengalami gejala di trimester pertama ini beberapa target yang biasa saya selesaikan setiap harinya terbengkalai. Padahal aktivitas tersebut sebenarnya bisa saja dilakukan sambil rebahan ataupun menemani anak bermain. Aktivitas yang beberapa waktu ini saya tinggalkan adalah tadarus Al Qur'an satu juz per hari dan juga setoran hafalan satu ayat satu hari. Selama mengalami "perasaan dan rasa" yang tidak enak dalam trimester pertama ini saya enggan bahkan malas melakukan kedua aktivitas tersebut. Akhirnya saya berdialog dengan diri. Apa sebenarnya yang membuat malas itu? Badan masih bisa beraktivitas seperti biasa. Hanya saja memang ada hal lain yang dirasakan. Akan tetapi justru aktivitas tersebut yang mungkin bisa sedikit mengurangi perasaan yang tidak enak tersebut.
Allah pun juga telah memberikan pengetahuan kepada manusia bahwa AlQur'an itu adalah syifa/obat. Lantas kenapa kita tidak mendekat untuk mencari obat yang memang telah dijanjikan oleh-Nya. Kesadaran akan hal ini seperti menampar diri saya. Namun terkadang memang kita perlu disadarkan dengan berbagai kejadian. Semakin merasa bahwa diri ini masih jauh dari baik. Semakin merasa bahwa waktu yang diberikan oleh-Nya belum bisa digunakan dengan maksimal. Padahal waktu manusia di dunia ini ibarat jarak antara adzan dan iqomah. Sungguh sangat pendek. Kenapa terkadang masih juga menyia-nyiakan dan mengisinya dengan hal yang kurang bermanfaat.
Bismillah, kembali pada tujuan awal yaitu menempatkan Al Qur'an sebagai prioritas dalam aktivitas keseharian. Semoga Allah meberikan kemudahan.
Sabtu, 02 Oktober 2021
Laki-laki adalah sosok yang terkadang memang sangat jaim di hadapan wanita. Termasuk ketika sudah menikah. Saat mengalami kesulitan pun seorang suami pasti akan berusaha sendiri terlebih dahulu sebelum meminta bantuan pada istri ataupun anggota keluarga yang lain.
Saat ini suami memang sedang dalam masa diklat yang memang waktunya lumayan lama. Materi tiap hari dari pagi sampai sore dilanjut dengan tugas yang harus diselesaikan pada hari itu juga. Dengan kesibukan tersebut otomatis suami sama sekali jarang bisa membantu pekerjaan yang biasa bisa dikerjakan semisal memandikan anak, menyiram tanaman dan lain-lain. Karena tipikal laki-laki itu memang fokus. Ketika sedang melakukan suatu hal pasti ia akam fokus dan jarang terdistraksi.
Ketika menghadapi situasi seperti ini maka sebagai istri sudah seharusnya memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk bisa fokus. Sebisa mungkin pekerjaan yang biasanya diselesaikan oleh suami maka sementara kita ambil alih. Anak-anak pun harus difahamkan agar tidak banyak meminta ayahnya untuk melakukan ini dan itu. Hanya sementara saja sampai semua tugas selesai. Bantu dengan mencukupi setiap kebutuhan seperti sarapan bergizi, camilan sehat atau segelas "wedang jahe" yang bisa tetap menjaga kesehatan ketika mengerjakan tugas.
Disinilah tantangan untuk mengaplikasikan komunikasi produktif dilakukan. Karena setiap hari pasti akan menemui beberapa kejadian "genting" terkait tugas maupun anak-anak yang mulai "kangen" bercanda dengan ayahnya. Alhamdulillah materi di zona ini sangat membantu melalui semuanya.