Seorang ibu yang belajar dan berproses untuk merawat dan menumbuhkan fitrah keluarga

Minggu, 22 November 2015

Makna "Perjalanan Dalam Kehidupan"




Hidup tak lain adalah sebuah perjalanan. Makna dalam perjalanan kehidupan dapat dikatakan panjang, namun singkat juga. Berkategori panjang ketika tujuannya adalah dunia semata. Serasa semua hal yang dicapai tidak pernah selesai. Selalu saja kurang dan kurang. Semoga kita terhindar dari ini semua. Namun, berkategori singkat juga ketika mensikapi hidup sebagai jalan menggapai kehidupan abadi yaitu akhirat. Ketika orientasi utama adalah akhirat, maka perjalanan yang dirasai selama di dunia seperti tak ada apanya dibanding dengan balasan yang akan diberikan oleh Allah SWT kelak. 

Sebuah cuplikan untaian kalimat indah dari seorang penulis yang sangat kusuka tentang makna perjalanan dalam kehidupan. Hidup adalah perjalanan yang digariskan memiliki dua macam rasa; manis dan getir, lapang dan sesak, suka dan duka, nikmat dan musibah. Tak seorang pun bisa lepas dari kedua rasa itu, pun juga mereka yang dicintai-Nya. Bahkan dari segala kisah yang kita simak dalam Al Qur’an dan sebagaimana pula telah Nabi sabdakan; makin besar nikmat yang terkarunia bagi seorang hamba, kian besar pula musibah yang menjadi ujiannya.

Demikian pula bertambahnya peran, akan semakin menguatkan rasa-rasa yang dinikmati oleh seorang hamba di dalam hidupnya. Sesosok pribadi menikah,  rumah tangga akan memberinya sematan gelar baru, yakni suami dan istri, ayah dan ibu , ataupun kepala keluarga di tengah masyarakatnya. Maka manis dan getir, lapang dan sesak, suka dan duka, serta nikmat dan musibah yang dirasakannya akan mengalami penegasan bentuk, penajaman tusuk, penggandaan kadar dan pelipatan bobot. itulah bagian dari sebuah perjalanan dalam kehidupan.

So, selalu kita perbarui niatan dan tujuan kehidupan kita. Selagi ada waktu dan kesempatan, kita gunakan waktu di dunia untuk menyempurnakan ibadah kita di hadapannya. Jangan sampai kita terlena dengan kesenangan ataupun kesusahan. Karena keduanya akan menggelincirkan kita pada kekufuran dan kelalaian. Senang membuat kita lupa, susah pun tak jarang membuat frustasi tak henti. Kelak nanti, pasti kan ada kedua putaran itu dalam perjalanan hidup kita. Semoga Allah senantiasa menjaga hati-hati ini untuk bisa selalu ingat akan kesudahan yang abadi. Dengan begitu, tak akan kita terlalu dalam mensikapi segala kondisi yang terjadi. 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar