Seorang ibu yang belajar dan berproses untuk merawat dan menumbuhkan fitrah keluarga

Minggu, 29 November 2015

Keberkahan "Hidup"

Hidup merupakan satu etape yang harus dilalui setiap manusia sebelum sampai pada kehidupan abadi yaitu akhirat. Empat fase alam yang harus dilalui merupakan pengingat manusia akan kebesaran-Nya, agar manusia senantiasa ingat bahwa kehidupan ini senantiasa berjalan dan berputar. Alam kandungan dimana Allah mempertemukan sperma dan sel telur yang akhirnya berkembang menjadi segumpal darah yang menjadi awal mula sesosok makhluk. Setelah lahir, dunia menjadi tempatnya berpijak. Dengan segala warna yang dia temui, Allah memberikan kebebasan hambanya mengukir jalan hidupnya. Hidup tersebut akan berhenti ketika telah sampai waktu ruh berpisah dari raga. Pertanda alam kubur/ barzah pun akan segera dimasuki. Penantian panjang dalam kesendirian yang hanya ditemani oleh amal yang dilakukan selama di dunia. Hingga sampai pada waktunya dibangkitkan untuk menerima keputusan akan kelangsungan kehidupan di akhirat. Dan kunci kehidupan akhirat itu adalah kehidupan yang dilalui selama di dunia.

Mungkin memang kita memandang bahwa urusan dunia merupakan hal yang remeh. Akan tetapi tetap harus diikhtiarkan sebaik mungkin. Hal ini dikarenakan kebaikan selama menjalani kehidupan dunia itulah yang menjadi kebahagiaan akhirat. Kehidupan yang seperti apa? Dalam kalam-Nya yang mulia Allah telah memandu manusia bahwa kebahagiaan dunia akhirat akan diraih dengan hidup yang barakah.

Lantas, apakah hidup barakah itu? Hidup barakah adalah hidup yang ditanam  di ladang keyakinan yang menumbuhkan pohon-pohon kebaikann yang bermanfaat untuk diri dan orang lain. Hidup barakah dapat diraih dengan menjadi seorang insan yang pribadinya berorientasi ke langit. Segala hal dikembalikan pada Yang Maha Menguasai Hidup. Dalam surat Al Mulk : 2, pribadi tersebut dikenal dengan pribadi Ahsanu’Amala.

Kehidupan seorang yang meraih hidup barakah dapat diasosiasikan sebagai seorang petani yang sedang menanam padi. Ada langkah-langkah yang perlu untuk dilalui:

1.     Menyiapkan lahan

Menyiapkan lahan ini terkait dengan keyakinan yang terpatri di dalam hati. Yakin bahwa Allah lah pengatur segalanya. Keyakinan ini menjadi penentu. Jika lahan berupa keyakinan ini dipersiapkan dengan baik, maka hasil yang akan diraih pun pasti akan baik.

2.     Memilih benih

Benih ini merupakan jiwa. Jiwa-jiwa yang berisi dan dihiasi keyakinan penuh kepada Sang Khalik. Sehingga kelak nanti, jiwa-jiwa ini pun memungkinkan siapapun untuk bertumbuh.

3.     Menanam benih


Menanam benih berupa kebaikan yang senantiasa disebar sepanjang perjalanan hidup.


4.     Merawat tanaman

Sebagaimana tanaman yang dirawat dengan disiangi, dibuang ulat, dsb, maka kehidupan pun harus dirawat dengan baik.

Jika langkah tersebut dilalui, maka kehidupan penuh barakah pun akan bisa diraih. Keberkahan hidup rumah tangga diraih dari mulai langkah pertama membangunnya. Merupakan komitmen kita dari awal bahwa proses menuju gerbang pernikahan ini kita lalui dengan proses yang ahsan karena satu yang ingin kita kejar. Yaitu berkahnya proses yang berdampak pada berkah setelahnya.

Senantiasa berharap, semoga keluarga kita dipenuhi dengan keberkahan. Rizki yang berkah dengan nikmat yang senantiasa ditambah berlipat-lipat. Anak-anak yang penuh dengan keberkahan, dimana mereka bisa menjadi tabungan akhirat kelak. Saudara-saudara yang berkah, dimana dengan mereka kita bersama menyemai kebaikan. Tetangga yang berkah, yang menahan dari membiacarakan keburukan dan senantiasa menebar kebaikan. Lingkungan yang penuh berkah, yang menjadi jalan surga bagi kita dengan mengajak pada kebaikan yang lebih luas.

Bahagia bukanlah kebaikan, jika melalaikan kita dari ketaatan. Banyak anak bukanlah kebaikan, jika mereka bukan sosok yang berbakti yang kan mendoakan hingga pahala mengalir sampai sesudah kita mati. Bahkan kekal dunia akhirat juga bukan kebaikan, jika namanya diabadikan Al Qur’an sebagai lambang kejahiliahan seperti Abu Lahab dan Ummu Jamil.

Keberkahan berawal dari niatan lurus. Maka, mari kita niatkan kembali hati ini. Saling mengingatkan selalu ketika niatan yang terpatri mulai bergeser dari tempatnya semula. Jannah-Nya yang kita tuju.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar