Seorang ibu yang belajar dan berproses untuk merawat dan menumbuhkan fitrah keluarga

Kamis, 10 November 2016

Pahlawan Bagi Anak-Anak Kita

08.31 0 Comments

Seperti apakah dan bagaimanakah definisi seorang pahlawan? Di hari yang biasa diperingati sebagai Hari Pahlawan ini semua media mengangkat tema tentang pahlawan. Tak ada yang salah memang, sama sekali tidak. Mencoba berpikir bahwa tujuan dari semua itu adalah untuk kembali menumbuhkan rasa Nasionalisme yang kini terasa mulai meluntur. Rasa Nasionalisme yang tergeser dengan budaya barat. Para pemuda lebih bangga ketika mengidolakan tokoh barat, memakai baju hal-hal yang berbau barat. Bahkan, dalam pergaulan pun sudah tak beda dengan budaya barat (yang sejatinya sangat bertentangan dengan budaya ketimuran yang menjunjung kehormatan pria dan wanita). Itulah sedikit potret fakta yang terjadi saat ini.
Apa yang tergambar di atas adalah lamunan, renunganku ketika ikrar berlangsung. Lamunanku terbawa karena terhampar di hadapanku anak-anak berkostum pahlawan yang akan beraksi dalam drama memeriahkan peringatan Hari Pahlawan. Lucunya, mereka sungguh menikmati. Harapku dalam hati, "semoga kalian menjadi pahlawan yang sesungguhnya pahlawan. Bukan seseorang yang ingin dianggap sebagai pahlawan" (ketika saat ini banyak pahlawan kesiangan)
Sesampai di kelas, terpikir seorang Pahlawan yang baru saja kubaca. Ingin rasanya kubagi apa yang kubaca itu kepada anak-anakku. Setelah selesai berdo'a, kumulai ritual cerita. Memang karakter anak yang unik, bergerak tak henti, ngomong tak juga henti. Tapi ku yakin, kalian belajar lewat itu. Itulah dunia kalian.
"Pada zaman Rasulullah ada seorang sahabat bernama Sa'ad bin Abi Waqqash. Beliau masih terhitung paman Nabi dari garis ibu", ceritaku bermula. Entah mengapa ketika cerita itu tentang Nabi dan Rasul ataupun Sahabat Nabi anak-anak lumayan tertarik. Beberapa yang tadinya bermain atau bercakap mulai memberikan perhatian. Satu yang kupelajari, apa yang disukai anak-anak itu tergantung dari apa yang kita biasakan kepada mereka. So, biasakan dan ceritakan yang baik-baik.
"Dahulu, Sa'ad dan keluarganya belum memeluk agama Islam,mereka masih menyembah berhala" (anak-anak mulai berceloteh ingin berpendapat tentang berhala). "Hingga suatu ketika Sa'ad bermimpi bertemu dengan Abu Bakar Ash shidiq, Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib.  Hingga beberapa hari dia berpikir tentang mimpi tersebut. Sampai suatu ketika, Abu Bakar datang kepadanya dan mengajaknya untuk beriman kepada Allah SWT. Tanpa pikir panjang, Sa'ad pun mengucapkan dua kalimat syahadat. " 

Cerita ini agak panjang untuk ditulis di sini, namun hikmah yang terangkum diantaranya: (1) "Sa'ad adalah seorang pemuda yang sangat berbakti dengan ibunya", (2) "Dia adalah pemuda yang sangat rendah hati, tak pernah sombong dengan apa yang ada pada dirinya", (3) "Sa'ad adalah salah seorang sahabat yang didoakan oleh Rasul, maka setiap doa yang keluar dari mulutnya pasti dikabulkan", (4)  "Bersama Zaid bin Tsabit, Sa'ad terpilih ,menjadi salah satu pemanah terbaik Islam", (5) "Sa'ad juga menjadi sahabat dan pejuang Islam pertama yang terkena panah dalam upaya mempertahankan Islam", (6) "Sa'ad merupakan salah satu sahabat yang dikaruniai kekayaan yang banyak digunakan untuk sedekah", (7) "Sa'ad wafat pada usia 80 tahun di atas pangkuan anaknya dan dikafani dengan jubah yang dia pakai saat Perang Badar". Dia dikenal sebagai lelaki antara dua surga.
"Itulah Sa'd bin Abi Waqqash yang merupakan salah satu Pahlawan Islam." yang tentunya patut untuk kita teladani.
"Nah, anak-anak itulah cerita hari ini, besok kita coba cari lagi pahlawan Islam lain yang juga keren di zamannya"
Dari apa yang kutangkap, pada dasarnya anak-anak itu sangat senang dengan cerita kepahlawanan Islam. Islam tak pernah mengajarkan kekerasan, Islam mencintai kedamaian (banyak cerita Rasul dan Sahabat Rasul yang menunjukkan bagaimana mereka sangat menginginkan kedamaian.
Terbayang di fikiran, terasa di benakku sangat tenang jika saja nilai-nilai Islam ini kita tanamkan sejak awal pada diri anak-anak kita. Biasakan mereka berkenalan dengan idola Islam, bukan justru idola kartun yang sebagian besar adalah rekaan manusia/imajinasi. Perdengarkan kepada mereka cerita Rasul dan Sahabat Rasul yang sangat istimewa, sebuah peradaban yang paling mulia yang pernah ada.
Kita tidak mendidik anak-anak tersebut untuk hidup sama dengan zaman kita. Tetapi mereka akan hidup di zaman yang sangat berbeda. Zaman dimana yang paling penting bagi mereka adalah kemurnian akhlaq, kekuatan prinsip dalam memegang kebenaran dan kejujuran. Mereka adalah penerima estafet kepemimpinan, penerus dari apa yang ada saat ini.
Kontribusi kecil sebagai guru, lewat apa yang kita tuturkan semoga menjadi serpihan kecil yang akan membentuk kepribadian mereka. Semoga itu semua menjadi amal jariyah bagi kita semua. Aamiin.

Nafisah Al Akhfiya'
10 -11-16 (peringatan Hari Pahlawan)
Foto: Nayo