Seorang ibu yang belajar dan berproses untuk merawat dan menumbuhkan fitrah keluarga

Minggu, 29 November 2015

Keberkahan "Hidup"

19.48 0 Comments

Hidup merupakan satu etape yang harus dilalui setiap manusia sebelum sampai pada kehidupan abadi yaitu akhirat. Empat fase alam yang harus dilalui merupakan pengingat manusia akan kebesaran-Nya, agar manusia senantiasa ingat bahwa kehidupan ini senantiasa berjalan dan berputar. Alam kandungan dimana Allah mempertemukan sperma dan sel telur yang akhirnya berkembang menjadi segumpal darah yang menjadi awal mula sesosok makhluk. Setelah lahir, dunia menjadi tempatnya berpijak. Dengan segala warna yang dia temui, Allah memberikan kebebasan hambanya mengukir jalan hidupnya. Hidup tersebut akan berhenti ketika telah sampai waktu ruh berpisah dari raga. Pertanda alam kubur/ barzah pun akan segera dimasuki. Penantian panjang dalam kesendirian yang hanya ditemani oleh amal yang dilakukan selama di dunia. Hingga sampai pada waktunya dibangkitkan untuk menerima keputusan akan kelangsungan kehidupan di akhirat. Dan kunci kehidupan akhirat itu adalah kehidupan yang dilalui selama di dunia.

Mungkin memang kita memandang bahwa urusan dunia merupakan hal yang remeh. Akan tetapi tetap harus diikhtiarkan sebaik mungkin. Hal ini dikarenakan kebaikan selama menjalani kehidupan dunia itulah yang menjadi kebahagiaan akhirat. Kehidupan yang seperti apa? Dalam kalam-Nya yang mulia Allah telah memandu manusia bahwa kebahagiaan dunia akhirat akan diraih dengan hidup yang barakah.

Lantas, apakah hidup barakah itu? Hidup barakah adalah hidup yang ditanam  di ladang keyakinan yang menumbuhkan pohon-pohon kebaikann yang bermanfaat untuk diri dan orang lain. Hidup barakah dapat diraih dengan menjadi seorang insan yang pribadinya berorientasi ke langit. Segala hal dikembalikan pada Yang Maha Menguasai Hidup. Dalam surat Al Mulk : 2, pribadi tersebut dikenal dengan pribadi Ahsanu’Amala.

Kehidupan seorang yang meraih hidup barakah dapat diasosiasikan sebagai seorang petani yang sedang menanam padi. Ada langkah-langkah yang perlu untuk dilalui:

1.     Menyiapkan lahan

Menyiapkan lahan ini terkait dengan keyakinan yang terpatri di dalam hati. Yakin bahwa Allah lah pengatur segalanya. Keyakinan ini menjadi penentu. Jika lahan berupa keyakinan ini dipersiapkan dengan baik, maka hasil yang akan diraih pun pasti akan baik.

2.     Memilih benih

Benih ini merupakan jiwa. Jiwa-jiwa yang berisi dan dihiasi keyakinan penuh kepada Sang Khalik. Sehingga kelak nanti, jiwa-jiwa ini pun memungkinkan siapapun untuk bertumbuh.

3.     Menanam benih


Menanam benih berupa kebaikan yang senantiasa disebar sepanjang perjalanan hidup.


4.     Merawat tanaman

Sebagaimana tanaman yang dirawat dengan disiangi, dibuang ulat, dsb, maka kehidupan pun harus dirawat dengan baik.

Jika langkah tersebut dilalui, maka kehidupan penuh barakah pun akan bisa diraih. Keberkahan hidup rumah tangga diraih dari mulai langkah pertama membangunnya. Merupakan komitmen kita dari awal bahwa proses menuju gerbang pernikahan ini kita lalui dengan proses yang ahsan karena satu yang ingin kita kejar. Yaitu berkahnya proses yang berdampak pada berkah setelahnya.

Senantiasa berharap, semoga keluarga kita dipenuhi dengan keberkahan. Rizki yang berkah dengan nikmat yang senantiasa ditambah berlipat-lipat. Anak-anak yang penuh dengan keberkahan, dimana mereka bisa menjadi tabungan akhirat kelak. Saudara-saudara yang berkah, dimana dengan mereka kita bersama menyemai kebaikan. Tetangga yang berkah, yang menahan dari membiacarakan keburukan dan senantiasa menebar kebaikan. Lingkungan yang penuh berkah, yang menjadi jalan surga bagi kita dengan mengajak pada kebaikan yang lebih luas.

Bahagia bukanlah kebaikan, jika melalaikan kita dari ketaatan. Banyak anak bukanlah kebaikan, jika mereka bukan sosok yang berbakti yang kan mendoakan hingga pahala mengalir sampai sesudah kita mati. Bahkan kekal dunia akhirat juga bukan kebaikan, jika namanya diabadikan Al Qur’an sebagai lambang kejahiliahan seperti Abu Lahab dan Ummu Jamil.

Keberkahan berawal dari niatan lurus. Maka, mari kita niatkan kembali hati ini. Saling mengingatkan selalu ketika niatan yang terpatri mulai bergeser dari tempatnya semula. Jannah-Nya yang kita tuju.


Senin, 23 November 2015

"Cinta" dan "Ketaatan"

13.43 0 Comments



Definisi cinta tak pernah kan habis diurai oleh para pujangga. Dari masa ke masa definisinya pun berkembang seiring kondisi zaman yang kian menggila. Cinta yang diartikan sebagai hubungan sedarah, sahabat, kekasih ataupun perasaan kagum yang membuncah. Namun, ada cinta yang tak kan bisa digusur sedikitpun oleh cinta yang tersebut tadi. Islam dan iman, itulah pengikat yang menumbuhkan cinta yang luar biasa. Mengapa luar biasa? Karena atas dasar iman dan islam itulah kita saling mencinta untuk-Nya dan karena-Nya. Tak kan lekang cinta itu oleh zaman. Tak kan habis ataupun terkikis cinta itu sebelum raga terpisah dari nyawa. Bahkan, cinta karena-Nya kan menembus batas logika manusia dimana cinta itu kan dipersatukan lagi di akhirat-Nya kelak. Aamiin. 


Taat merupakan representasi penghormatan terhadap seseorang ataupun sesuatu. Ketaatan diwujudkan dalam bermacam bentuk dan rupanya. Ketaatan seorang bawahan kepada atasan, ketaatan anak kepada orang tuanya, ketaatan siswa kepada gurunya, ketaatan istri kepada suaminya dan lain sebagainya. Sama seperti cinta, ada tingkatan ketaatan yang paling mulia. Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku, itulah perintah taatnya seorang hamba kepada Rabb-Nya. Representasi ibadah pun bermacam rupa dalam bentuk ketaatan melaksanakan perintah dan menghindari larangan. 


Kemudian, apa rangkaian antara cinta dengan taat? Itulah yang coba untuk kita renungkan bersama dan kita jalani bersama. Tak berani tulisan ini memberi jawabnya. Jawab tersebut akan ditemui seiring perjalanan hidup kita yang pasti penuh warna. Sebuah lukisan tak akan menarik jika tanpa warna. Begitu pula hidup kita, akan lebih indah jika diwarnai dengan kebahagiaan maupun kesusahan yang mengiringinya. 


Jika memang saat ini, CINTA harus bersujud di mihrab TAAT, menghindar bukanlah jawaban. Jawaban itu dicari dengan menjalaninya. Saat kita berpeluk di kala badai menghadang, saat kita saling menguatkan dan meneguhkan untuk senantiasa hanya dan hanya bergantung pada-Nya. Betapa cintanya kita, namun ketaatan pada-Nya tetap merupakan manifestasi utama rasa cinta itu. Semoga kita bisa saling mengingatkan dan menguatkan dalam ketaatan kepada-Nya.

Minggu, 22 November 2015

Makna "Perjalanan Dalam Kehidupan"

15.20 0 Comments



Hidup tak lain adalah sebuah perjalanan. Makna dalam perjalanan kehidupan dapat dikatakan panjang, namun singkat juga. Berkategori panjang ketika tujuannya adalah dunia semata. Serasa semua hal yang dicapai tidak pernah selesai. Selalu saja kurang dan kurang. Semoga kita terhindar dari ini semua. Namun, berkategori singkat juga ketika mensikapi hidup sebagai jalan menggapai kehidupan abadi yaitu akhirat. Ketika orientasi utama adalah akhirat, maka perjalanan yang dirasai selama di dunia seperti tak ada apanya dibanding dengan balasan yang akan diberikan oleh Allah SWT kelak. 

Sebuah cuplikan untaian kalimat indah dari seorang penulis yang sangat kusuka tentang makna perjalanan dalam kehidupan. Hidup adalah perjalanan yang digariskan memiliki dua macam rasa; manis dan getir, lapang dan sesak, suka dan duka, nikmat dan musibah. Tak seorang pun bisa lepas dari kedua rasa itu, pun juga mereka yang dicintai-Nya. Bahkan dari segala kisah yang kita simak dalam Al Qur’an dan sebagaimana pula telah Nabi sabdakan; makin besar nikmat yang terkarunia bagi seorang hamba, kian besar pula musibah yang menjadi ujiannya.

Demikian pula bertambahnya peran, akan semakin menguatkan rasa-rasa yang dinikmati oleh seorang hamba di dalam hidupnya. Sesosok pribadi menikah,  rumah tangga akan memberinya sematan gelar baru, yakni suami dan istri, ayah dan ibu , ataupun kepala keluarga di tengah masyarakatnya. Maka manis dan getir, lapang dan sesak, suka dan duka, serta nikmat dan musibah yang dirasakannya akan mengalami penegasan bentuk, penajaman tusuk, penggandaan kadar dan pelipatan bobot. itulah bagian dari sebuah perjalanan dalam kehidupan.

So, selalu kita perbarui niatan dan tujuan kehidupan kita. Selagi ada waktu dan kesempatan, kita gunakan waktu di dunia untuk menyempurnakan ibadah kita di hadapannya. Jangan sampai kita terlena dengan kesenangan ataupun kesusahan. Karena keduanya akan menggelincirkan kita pada kekufuran dan kelalaian. Senang membuat kita lupa, susah pun tak jarang membuat frustasi tak henti. Kelak nanti, pasti kan ada kedua putaran itu dalam perjalanan hidup kita. Semoga Allah senantiasa menjaga hati-hati ini untuk bisa selalu ingat akan kesudahan yang abadi. Dengan begitu, tak akan kita terlalu dalam mensikapi segala kondisi yang terjadi.